Generic
BAGIAN I EYANG MANGUNARSO DAN BALE GRIYO BALEREJO Episode I Eyang Abdullatif, ayah Eyang Mangunarso, menjabat penghulu di Magetan. Saat itu Magetan merupakan daerah mancanegara brang wetan dari Surakarta. Eyang Mangunarso tidak ikut ayahnya di Magetan melainkan ikut eyangnya, Baelawi di Giripurna, mulai kecil sampai pindah ke Balerejo. Sebagai keturunan generasi pertama dan kedua dari kyai bin Umar, yaitu yang babad Banjarsari yang kemudian dijadikan tanah perdikan oleh Susuhunan Surakarta, maka hubungan Eyang Baelawi dan Eyang Abdullatif dengan kraton Surakarta menjadi erat. Bahkan tatkala Perjanjian Gianti mengatur perpindahan penguasaan atas Giripurna dari Surakarta ke Yogyakarta dan dijadikan perdikan oleh Sultan Hamengku Buwono II, hubungan ini masih dipelihara. Maka tatkala Susuhunan VI menghadapi problem tentang islam, dia memanggil Eyang Baelawi. Karena berhalangan maka Eyang Mangunarso ditunjuk mewakilinya. Susuhunan begitu terkesan oleh makalah Eyang Mangunarso sehingga Susuhunan berniat untuk memberi hadiah kepada Eyang Mangunarso, berupa seorang puteri raja, yaitu puteri bungsu Susuhunan V yang bernama Bening Sundari. Episode II Tatkala Susuhunan V wafat, garwo paminggirnya, yaitu puteri Bupati Somarata, masih sangat muda usia. Dia didesak oleh Susuhunan VI untuk segera kawin lagi. Walaupun dengan rasa jengkel, akhirnya garwo paminggir ini mau dan memilih Kyai Tapsir Anom, Penghulu Kraton sebagai suaminya) Penghulu ini sudah tua, beristeri dan beranak, bahkan mungkin sudah bercucu. Layaknya pada triman puteri dari kraton, Kyai Tapsir Anom tidak boleh menolak. Isterinya yang pertama lalu menyandang status garwo paminggir, sedangkan puteri triman tadi menyandang status isteri utama. Akan tetapi anak perempuannya hasil perkawinannya dengan Susuhunan V, layaknya seorang puteri kraton, tetap tinggal di dalam kraton. Namanya, menurut cerita eyang-eyang adalah Bening Sundari. Sedangkan menurut wartawan Djudjuk dan Juyoto dalam Harian Kedaulatan Rakyat adalah Latifah Gambir Anom. Pada Episode III Bening Sundari ini akan dikisahkan lagi. Episode III Alkisah Eyang Mangunarso kita. Beliau menolak diberi hadiah puteri, dengan alasan karena beliau orang desa, golongan rakyat kecil, bagaimana mungkin bisa mengku paringan puteri raja. Penolakan ini merupakan hal yang luar biasa. Pada waktu itu seseorang yang diberi puteri triman (hadiah puteri) oleh raja tidak boleh menolak. Mengetahui bahwa (1) alasan Eyang Mangunarso tersebut hanyalah akal-akalan, (2) Eyang mangunarso adalah keturunan dari Giripurna dan putera seorang Penghulu, maka langkah Susuhunan VI adalah sebagai berikut: - Bening Sundari dikeluarkan dari keraton untuk ikut ibunya (yang telah menjadi isteri Kyai Tapsir Anom); - Sebagai anak kwalon (tiri), maka Bening Sundari disisipkan dalam formasi sederetan anak-anak Kyai Tapsir Anom. Dengan demikian tidak ada alasan lagi bagi Eyang Mangunarso untuk menolak triman tersebut, dan kawinlah beliau. Episode IV Sebagai menantu Susuhunan yang cukup terpandang (karena kepribadian dan kearifannya) maka Eyang Mangunarso mendapat pangkat, rumah, dan lungguh (jabatan) di Solo. Namun semua ini ditolak dan beliau memutuskan untuk memilih tinggal di Balerejo. Untuk melunakkan penolakannya Eyang Mangunarso lalu mengatakan: "semoga pangkat dan lungguh itu kelak bisa disandang oleh cucu-cucunya". Sikap menolak ini dipegang secara konsekuen oleh Eyang Mangunarso. Tatkala beliau membangun Bale Griyo Balerejo, Kraton Surakarta mengirim: - tukang-tukang; - 8 saka guru; - busana raja; - pusaka raja. Busana dan pusaka dikembalikan. Sedangkan 8 saka guru karena sudah terlanjur sampai dan terlalu berat untuk dikembalikan, diteruskan ke Madiun yang konon adalah yang saat ini berjajar di pendopo Kabupaten Madiun. Yang diterima adalah tukang-tukangnya saja. Tentang Bale Griyo Balerejo. Pasangan pengantin Mangunarso ketika ditengok utusan dari Kraton Surakarta ketahuan bahwa Eyang Putri Bening Sundari untuk keperluan sehari-hari mencari air ke belik dan juga ke kali, jauh berbeda dengan kehidupannya ketika di Kraton, maka Susuhunan VI memanggil Eyang Mangunarso untuk pulang ke Solo saja, karena di Solo beliau punya rumah dan kedudukan. Panggilan itu tidak dipenuhi, namun beliau berjanji akan membuatkan isterinya sebuah kadipaten, dan dibangunlah Bale Griyo Balerejo. Salam kenal sedulur semua. ??
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Duis dapibus rutrum facilisis. Class aptent taciti sociosqu ad litora torquent per conubia nostra, per inceptos himenaeos. Etiam tristique libero eu nibh porttitor fermentum. Nullam venenatis erat id vehicula viverra. Nunc ultrices eros ut ultricies condimentum. Mauris risus lacus, blandit sit amet venenatis non, bibendum vitae dolor. Nunc lorem mauris, fringilla in aliquam at, euismod in lectus. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas. In non lorem sit amet elit placerat maximus. Pellentesque aliquam maximus risus, vel sed vehicula.
Interdum et malesuada fames ac ante ipsum primis in faucibus. Pellentesque venenatis dolor imperdiet dolor mattis sagittis. Praesent rutrum sem diam, vitae egestas enim auctor sit amet. Pellentesque leo mauris, consectetur id ipsum sit amet, fersapien risus, commodo eget turpis at, elementum convallis elit. Pellentesque enim turpis, hendrerit tristique lorem ipsum dolor.